Selatan Jakarta, Kamis 25 Maret 2004 pukul 06.15WIB"Pak, Linda berangkat ya..."Kuraih tangan kanannya dan kucium punggung tangannya sebelum berangkat beraktivitas saat bapak duduk di ruang tamu setelah berhari² terbujur tak berdaya di atas tempat tidur dan sempat dirawat di daerah Sukabumi selama 11 hari. Beliau hanya mengangguk dan diam membisu, mungkin raganya sudah mulai berkelana entah kemana.
pukul 09.15 WIB"Nda, bisa pulang sekarang gak? Bapak udah kritis nih!"Suara kakak pertama Linda yg terdengar dari telpon dengan isak tangis yg tak tertahan. Selesai menutup telp dari kakak, langsung kurapikan meja kerja, kumatikan komputer dan bergegas menemui atasanku. Kuberitahu kabar yang kuterima dari kakak pada atasanku dan rekan² sekantor. Aku diijinkan pulang dan merekapun berpesan agar aku tetap tenang. Sepanjang perjalanan pulang, pikiranku melayang entah kemana. Kupanjatkan doa pada Illahi Robbi disertai deraian air mata yg tak tertahan lagi:
"Ya Allah....
Ya Tuhanku.....
Yang Maha Pengasih,
Maha Penyayang
Dan Maha Segala2nya
Ijinkanlah hambaMu yang hina ini
Merendahkan diri di hadapanMu
Berikanlah yang terbaik untuk bapak dan keluargaku
Jikalau Engkau masih mengijinkannya
Untuk berkumpul bersama kami orang² yang menyayanginya
Angkatlah penyakitnya dan sembuhkanlah ia
Tapi jika Engkau berkehendak lain
Aku ikhlas ya Allah
Jangan siksa dirinya
Kumohon ya Allah.....
Hanya kepada Engkaulah aku memohon
Dan hanya Engkaulah yang dapat mengabulkan segala permohonan
Kabulkanlah permohonanku ini, ya Allah15 menit kemudian, aku sampai di rumah. Saat melewati beberapa tetangga yg sedang berbincang², salah 1 diantara mereka bertanya:
"Loh, kok masih siang udah pulang mbak???"Bapak udah kritis bulik, kujawab sambil tak sanggup menahan air mata yg menetes di pipi. Langsung ku bergegas ke rumah. Sampe rumah, di kamar tempat bapak dibaringkan udah ada ibu, kakak yang pertama & suaminya, adik, beberapa tetangga sebelah rumah, 2 ponakan, 2 orang adiknya bapak yang sedang membacakan Yaasin sambil tak sanggup menahan deraian air mata. Langsung kuambil wudlu dan meraih kerudung dari dalam lemari baju dan Al-Qur'an. Kubaca surat Yaasin yang diiringi derasnya air mata dengan tujuan agar kami sekeluarga diberikan jalan keluar terbaik oleh Allah SWT. Seiring berjalannya waktu datanglah kakak yang no 2, disusul kakak yang no 4 & suaminya, diikuti adik2nya ibu & adik2nya bapak, kakak yang no.3 beserta istri & anaknya. Yang bergantian membacakan Surat Yaasin. Ibu, aku, kakak² & adikku mengelilingi tempat tidur dimana bapak dibaringkan. Kakakku yg no.2 & adikku adalah orang yang paling tidak bisa menahan tangisannya. Apalagi adikku, yang merasa sangat bersalah terhadap bapak karna seumur hidupnya selalu beda pendapat sama bapak. Bahkan di saat bapak & adikku bersitegang, aku & ibu yang selalu memisahkan mereka.
Jam 11.00, kondisi bapak mulai membaik. Yang tadinya seluruh badannya dingin kini sudah hangat lagi dan bapakpun mulai minta minum. Kami bergantian meladeninya. Tidak ada diantara kami yg beranjak dari kamar itu. Kami semua lega saat melihat kondisi bapak yang membaik. Kupanjatkan sujud syukurku saat sholat dzuhur. Kami semua menawarkan bapak untuk dibawa ke RS, tapi bapak menolak dan sepertinya geram saat kakak laki2ku memaksanya membawa ke RS.
Selesai sholat ashar, beberapa dari kami ngobrol² di teras. Trus ibu memanggilku:
"Nda, minta maaf sana sama bapak!"Tanpa pikir panjangpun langsung kubergegas ke kamarnya dan membisikkan di telinganya:
"Pak, maafin linda ya..."
He eh.... dengan nada berat ia menjawabnya dan itulah kata² terakhir darinya untukku.
Setelah itu kondisinya mulai melemah lagi. Dan kami semua tak henti2nya memanjatkan doa untuknya. Bapak tak lagi minta minum, beberapa kali bapak menguap dan saat tangannya menutupi mulutnya, ia tak mampu mengembalikan tangannya ke posisi semula. Akulah yang mengembalikan tangannya ke posisi semula setiap ia selesai menguap. Kupikir, masih ada harapan karna bapak seringkali menguap.
Berulang² ibu bertanya pada bapak, ada yang masih ditunggu atau ada yang mau diomongin pak? Tapi bapak hanya menggeleng tanpa sepatah katapun.
Selesai sholat isya ada rombongan pengajian dari mushola setempat yang datang untuk membacakan Surat Yaasin bersama² agar Allah SWT memberikan jalan terbaik untuk kami sekeluarga. Selesai rombongan pengajian itu membacakan doa, kamipun kembali menemani bapak.
Entah mengapa, sepertinya aku diberi firasat bahwa bapak tidak lama lagi akan pergi meninggalkan kami untuk selama2nya. Mulai dari posisi kakinya yang tadinya menekuk, kini sudah ia luruskan. Lalu kuperhatikan tangannya yang bergemetar dan aku sempat memberitahukannya kepada ibu. Keningnya berulang² kali berubah warnanya dari yang hitam pekat lalu putih bersih begitu seterusnya. Aku pun langsung melirik ke arah jam dinding. Perutnya bergejolak kencang sekali.
Jam 23.00 saat² maut mulai menjemputnya. Aku memohon kepada Allah, jikalau akan memanggilnya panggillah ia di hari Jum'at. Katanya, orang yang meninggal di hari Jum'at akan terlepas dari siksa kubur (wallahualam bisawab). Nafasnya perlahan² tertarik ke arah kerongkongan lalu ke mulut, kamipun histeris melihatnya dan mengiringinya dengan syahadat berulang² kali. Nafasnya sempat beberapa menit berhenti di tenggorokan lalu bapak mengakhiri sakratul mautnya & pergi meninggalkan kami semua tepat pukul 00.15. Kami semua serentak menangis dan memeluknya erat² seakan tak rela melepasnya pergi.
Kami semua tak mampu menahan tangisan karna kepergiannya. Saat jenazahnya dibaringkan, kuambil wudlu, kerudung & Al-Qur'an, kubaca surat Yaasin berulang² dengan deraian airmata. Ia pergi setelah 2 hari Ulang tahunnya pada tanggal 24 Maret di usianya yang ke 61 tahun lebih 2 hari.
Selamat jalan bapakku tersayang...
Maafkanlah anakmu ini yang penuh dosa dan khilaf padamu
Maafkanlah anakmu ini yang belum dapat membahagiakanmu
Maafkanlah semua kesalahan kami
Pergilah dengan tenang
Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik disisiNya
Amin
0 comments:
Post a Comment