Wednesday, October 08, 2008

Perdebatan Dengan Ibu Pagi Ini

"Nda, tadi kata mamah Dedeh Syawalan dulu baru bayar utang puasa. Kemaren Aa Hadi juga bilang gitu."

Ibu... kan hukumnya wajib dulu baru sunnah. Kalo Syawalan kan sunnah bu, bayar utang puasa Ramadhan kan wajib. Kalo seandainya kita Syawalan dulu, trus belum sempet bayar utang puasa Ramadhan. Tiba-tiba Allah manggil kita. Dah pasti deh Allah minta pertanggung jawabannya sama kita. Kata Allah: "Gimana nih, hutangnya kok belum dibayar?" Namanya hutang kan wajib dibayar bu.

"Oh iya... ya... *senyumnnya mengembang*"


Subuh-subuh dah berdebat sama ibu. Setiap kali bicara sama ibu, aku selalu berusaha berbicara sehalus mungkin. Walau terkadang sering juga nada bicaraku meninggi ketika emosi merajai diri *maaf ya bu, sungkem lagi*.

Sejak kepergian bapak, ibu jadi lebih sensitif. Gampang marah, gampang nangis, gampang sakit. Empat tahun lalu tak lama ditinggal bapak, kondisi kesehatannya memburuk. Malah sempat jalan ditemani tongkat, dan aku pun sempat menjadi tongkat berjalan baginya. Nelongso kalau liat ibu sedih dan sakit. Semangat hidupku langsung meluncur terjun bebas sebebasnya. Sejak saat itu aku selalu berusaha membuatnya tersenyum dan bahagia.

Semua hal yang ibu berikan padaku, aku yakin seyakinnya tak mampu membalasnya. Apalagi jika mengingat kejadian 17 tahun lalu. Ketika Allah memberiku ujian dengan suatu penyakit. Untuk melakukan semua aktivitas harus dengan bantuan orang lain. Dan orang yang selalu terjaga disampingku adalah ibu. Walau kadang bergantian dengan kakak, tapi ibu lebih sering mendampingiku ketika itu. Kalau bapak gak pernah tega melihat kondisiku ketika itu. Waktu taxi membawa kami (aku, ibu dan kakak pertamaku) pergi ke Rumah Sakit, bapak langsung pingsan. Waktu aku teriak kesakitan ketika berobat di sebuah pengobatan alternatif, bapak juga pingsan. Memang ibu lebih kuat menghadapi segalanya ketimbang bapak.

Setelah sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa, aku berniat untuk selalu berusaha membuat ibu dan bapak tersenyum bahagia. Sampai-sampai waktu mencari kerjapun niatnya hanya untuk kebahagian mereka. Karna aku yakin, apapun yang kulakukan tak akan mampu membalas jasa pada mereka. Impian terbesarku ketika wisuda bisa didampingi ibu dan bapak, seperti teman-teman yang lain. Tapi Allah berkehendak lain, karna Allah lebih sayang sama bapak. Aku hanya didampingi ibu dan kakak pertamaku. Padahal aku ingin sekali melihat bapak tersenyum bahagia, melihat anaknya selesai kuliah dengan jerih payahnya sendiri.

Belum sempat aku membahagiakan bapak, karena selama kerja uang gaji lebih sering terkuras untuk biaya kuliah. Belum juga gajian, aku dah harus bayar kuliah. Jadi jangan heran kalo kuliahnya lama (2001 - 2007), bukan karna malas. Tapi begitu banyak skala prioritas yang harus didahulukan. Apalagi ketika bulan Maret tanggal 26 tahun 2004, bapak pergi menghadap Illahi. Aku lah yang harus mengganti tanggung jawab bapak, terutama memenuhi kebutuhan ibu sehari-hari dan kebutuhan rumah lainnya. Awalnya sempet shock, karna bingung bagaimana membagi gaji yang seadanya dengan segala macam skala prioritas termasuk bayar kuliah. Aku pasrah sama Allah dan ikhlas menjalankan semua ini. Belakang ini malah bahagia karna tidak semua orang mendapat kesempatan emas seperti yang kurasakan. Niatku hanya ingin membuat ibu bahagia, apapun akan aku lakukan demi kebahagiaannya.

Alhamdulillah... Allah memang Maha segala. Maret 2007 aku selesai kuliah, lega rasanya satu beban yang menggelayut di bahu dah terselesaikan. Berarti kebahagiaan ibu bisa menjadi prioritas utama. Satu impian ibu dan bapak sudah tercapai dengan selesainya kuliahku. Sayang euy belum bisa bikin bapak bahagia, insya Allah doa Linda gak pernah putus untuk bapak.

Ya Rabb, terima kasih untuk semua limpahan berkahMu
Ijinkan aku dapat membuat ibu tersenyum dan bahagia selalu
Berikanlah kesehatan jasmani dan rohani, lahir bathin padanya
Mudahkan dan lancarkan segala urusannya
Lapangkanlah riskinya
Kabulkanlah semua donya
Ijikanku membahagiakannya seumur hidupku
wafatkanlah ia dalam keadaan khusnul khotimah

Ya Kariim...
Ampunilah semua dosa dan kesalahan bapakku
Lapangkan dan terangilah kuburnya
Tempatkanlah ia di tempat terbaik di sisiMu
Terima kasih ya Rabb...

0 comments: