Friday, January 16, 2009

Liputan Merajut Dengan Kompas

Semalam (Kamis, 150109) rajuters diwawancara oleh mas Budi Suwarna dari Kompas. Menurut mas Budi, orang-orang yang bisa bertahan untuk hidup di masa depan adalah orang-orang yang kreatif. Mas Budi pun bercerita, ia pernah berkunjung ke Luar Negeri (lupa negaranya) dan mampir ke salah satu toko yang menjual hasil rajutan. Dia kaget ketika melihat harga syal disana sampai 100 Euro. Kemudian dia bertanya kepada penjaga tokonya:

"Kok harga syalnya mahal sekali, bukannya harga benang gak semahal itu?"

"Memang harga benang tidak semahal itu, tapi yang mahal harga kreativitasnya!" Begitu jawab penjaga tokonya.

Yup, that's right. Sudah seharusnya kita menghargai hasil kreativitas.

Beberapa hari yang lalu, di milis merajut malah ada yang pasang iklan menjual harga rajutan murah sekali. Waaaaaah salah tempat deh itu orang pasang iklan. Langsung lah dibantai habis oleh rajuters. Masih heran aja kalo sampe sekarang ada yang kepengen beli hasil rajutan dengan harga murah. Bikin aja sendiri kalo mau murah!

Selain itu melalui wawancara kemarin dengan mas Budi, aku ingin merubah paradigma yang sudah tertanam dalam benak masyarakat selama ini bahwa rajutan itu hobby-nya oma-oma dan khususnya didominasi oleh kaum hawa. Di milis merajut, anggotanya gak semua oma-oma dan juga bukan hanya kaum hawa. Justru kebanyakan usia produktif dan ada beberapa rajuters cowok. Salah satu anggota rajuters cowok yang kukenal adalah Sam Sambas. Dan setiap Jum'at malam biasanya kami berkumpul di Miki Moko Blok M Plasa lantai 5, untuk memasyarakatkan rajutan kepada generasi muda dan juga kaum Adam. Di Tobucil - Bandung ada komunitas rajuters cowok. Mereka ini tergabung dalam Asosiasi Jurnalistik Indonesia.

Sayangnya semalam Sam Sambas gak bisa hadir karna ada tugas yang harus segera diselesaikan. Selain itu dia pikir wawancaranya hari Jum'at di Miki Moko, seperti biasa jadwal kami berkumpul.

Mas Budi juga bertanya, apa benar merajut bisa melatih kesabaran. Harusnya sih ini pertanyaan yang jawab Sam Sambas, yang pernah mengaku belajar merajut untuk terapi kesabaran. Kalo saya sendiri, ketika menghadapi suatu masalah yang membuat pikiran jadi kacau. Langsung kuambil benang-benang, pilih motif yang menarik dan mulailah bercinta dengan benang dan jarum rajut. Masalah yang bikin pikiranku jadi kacau pun akan hilang. Masa sih? Kalo gak percaya tanya aja sama rajuter yang lain.

Semoga aja hasil wawancara kami dengan mas Budi bisa membuat masyarakat untuk lebih kreatif dan bisa menghargai hasil kreativitas. Hasil wawancara itu akan diterbitkan Kompas hari Minggu tanggal 18 Januari 2009.

Mas Budi, ditunggu kiriman dokumentasinya ya. Makasih udah memberikan kesempatan rajuters untuk tampil di Kompas.

0 comments: