Thursday, December 11, 2003

Roda Sejarah Becak di Jakarta


RODA sejarah becak di Jakarta rupanya telah berputar lumayan jauh. Lea Jellinek, antropolog Australia, dalam bukunya Seperti Roda Berputar menulis bahwa becak didatangkan ke Jakarta dari Singapura dan Hongkong pada 1930-an. Sebelum Perang II tercatat hanya ada 100 becak di kota Jakarta. Pada pertengahan hingga akhir 1950-an ada kira-kira 25.000 hingga 30.000 becak di kota. Pada awal 1970 jumlah becak di kota meningkat lima kali lipat (100.000 hingga 150.000) dengan jumlah tukang becak membengkak 10 kali lipat (250.000 hingga 350.000). Jumlah becak menurun menjadi hanya 55.000 pada 1980.
Masuknya bemo pada 1960-an dan helicak pada 1970-an menjadikan tukang becak mengalami kesulitan. Becak dipandang sebagai sesuatu yang memalukan dan kuno. Becak dianggap sebagai gambaran keterbelakangan Indonesia.
Roda becak hanya berputar dengan kecepatan 15 km per jam, sedangkan kendaraan bermotor bergerak dua atau tiga kali kecepatan itu. Banyak tukang becak tak memahami peraturan lalu lintas sehingga kerap menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
ANTARA 1970-1972 pemerintah kota mengeluarkan sejumlah peraturan yang bertujuan mem- batasi operasi becak di kota. Pada 1980 pemerintah mendatangkan 10.000 minicar (bajaj, helicak, minicar) untuk mengganti- kan 150.000 becak. Pemerintah ketika itu memprogramkan para tukang becak beralih profesi menjadi pengemudi kendaraan bermotor itu.
Ketika Suprapto menjadi gubernur, ia mengeluarkan keputusan bahwa becak akan dihapuskan dari kota pada 1985. Program penghapusan itu tak hanya di Jakarta Pusat tetapi di semua wilayah kota. Becak benar-benar punah dari ibukota pada 1990-1991.
Di Jakarta Utara, terutama di Kecamatan Tanjung Priok, Penjaringan, dan Koja, becak ber- munculan kembali pada 1994-1995. Di kawasan kecamatan yang disebut terakhir becak berasal dari gerobak barang dimodifikasi sehingga bisa mengangkut orang.

0 comments: