Wednesday, June 16, 2010

Belajar Dari Ibu Aini

Jum'at sore pulang kerja, aku mampir di Masjid Kapolsek Mayestik untuk sholat Maghrib. Waktu aku masuk ke dalam Masjid, di bagian wanita ada 2 orang ibu di barisan belakang. Aku mengambil tempat di depan mereka. Selesai sholat, aku bergegas merapikan mukena dan tas.

Terdengar suara seorang ibu memulai pembicaraan.

Ibu x : "Mbak tinggal dimana?"

Aku menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa ibu tersebut bicara dengan siapa, ternyata tinggal aku dan ibu berjilbab putih dengan taburan payet yang ada disitu. Berarti ibu tersebut berbicara denganku.

Aku : "Ke daerah Ciledug bu."
Ibu x : "Oh ya udah bareng saya aja, kebetulan saya bawa kendaraan. Saya turunnya di Kreo, mbk." sambil sibuk membereskan tasnya

*Awalnya sempat terbersit perasaan aneh, karna jarang sekali orang seperti ibu tersebut. Belum kenal sudah berbaik hati menawarkan tebengan. *

Ibu x : "Mbak bawa kendaraan?"

*mungkin ibu itu nyadar, kalo aku sedikit berburuk sangka padanya*

Aku : "Nggak kok bu, saya naik angkutan umum."
Ibu x : "Ya sudah, bareng saya aja yuk!" ajaknya untuk kedua kali.

Kami bergegas meninggalkan Masjid menuju parkiran. Aku mengikuti ibu tersebut melangkah menuju sebuah mobil Kijang.

Ibu x : "Mbak lewat sebelah kiri ya." tegasnya
Aku : "Baik bu," kataku dengan sedikit senyum bingung

Ketika pintu mobil kubuka, di dalam sudah ada 2 orang ibu-ibu yang menunggu. Di bagian depan seorang ibu tanpa jilbab, di bangku tengah ada seorang ibu berjilbab.

Aku : "Permisi bu." menyapa ibu yang ada di dalam mobil sambil melempar senyum

Ibu berjilbab yang duduk di bangku tengah, kembali melemparkan senyumnya padaku. Ibu yang di bangku depan ikut menyapa: "Ke ciledug juga ya mbak?"

Aku : "Iya bu." dengan tampang masih bingung

Selama perjalanan ibu x yang menyetir mobilnya sambil mendengarkan Murrotal. Dimulai dari Surat Annaba, lanjut Annazi'at dan seterusnya. Aku pun menikmati murrotal yang dikumandangkan sambil me-remind hafalanku.

Ibu yang di bangku tengah, turun di daerah Seskoal. Dari ibu tersebut aku baru tau kalau ibu yang mengajakku namanya Aini.

Sepanjang perjalanan aku terus tertegun dan memperhatikan pembicaraan mereka berdua.

Setelah sampai Unilever ibu x baru menyapaku, setelah asyik ngobrol dengan ibu di sebelahnya.

Ibu x : "Mbak tau Ust. Danu?"
Aku : "Ust. Danu yang punya jadwal ceramah rutin di TPI setiap Minggu dan Senin ya bu?"tanyaku mempertegas
Ibu x : "Benar sekali mbk."
Ibu y : (yang duduk di sebelahnya)"Wah kalian berdua cocok tuh. Mbak, Ibu ini asistennya Ust. Danu loh!"
Ibu x : "Bukan asisten mbak, tapi saya sering mengikuti acaranya beliau. Nama saya, Aini. Mbak namanya siapa?"
Aku : "Linda, bu."
Ibu x : "Mbak kalo berminat untuk ikut acaranya catat nomor hape saya saja. Mbak sering sholat di Mesjid tadi ya? Kalo pas ketemu saya, bareng aja ya." senyumnya mengembang

Kami pun bertukar no hape. Tak lama, aku pun turun lebih dulu dari Ibu Aini.

Kebingunganku terjawab sudah, kenapa Ibu Aini berbaik hati memberi tumpangan kepada orang yang belum dikenalnya. Semoga semakin banyak orang yang berbaik hati seperti ibu Aini. Maaf ya bu, kalo saya sempat negative thinking dengan ibu.

0 comments: