"Bu, harga buku paketnya 700ribu."
(ungkap seorang anak yang baru memasuki bangku SMU)
Uang 700ribu besar sekali nilainya. Apalagi untuk sebuah keluarga dengan 3 orang anak usia sekolah. Yang sulung SMU, sang adik kelas 6 SD, sedang bungsu TK. Dengan pendapatan keluarga sebesar satu juta empat ratus ribu rupiah setiap bulannya. Bisa dibayangkan bagaimana cara mereka membagi uang sebesar itu untuk keperluan selama satu bulan dengan 3 orang anak usia sekolah.
Jadi ingat jaman aku sekolah. Karena tidak sanggup membeli buku paket yang sangat mahal, maka aku mencari lungsuran buku paket milik kakak kelas. Kebetulan sebagian besar tetanggaku satu sekolah, jadi gak perlu bingung mencari lungsuran. Dan untungnya lagi buku paket saat itu tidak ganti untuk beberapa waktu lamanya.
Hal itu juga berlanjut ketika aku SMP, masih mengharapkan lungsuran buku dari kakak kelas. Ketika SMEA, aku membeli sebagian buku paket dan sebagian lagi aku fotocopy. Begitu juga ketika kuliah. Karena bayar kuliah dengan hasil keringat sendiri, jadi harus pintar-pintar membagi gaji yang diterima untuk bayar kuliah, biaya hidup dan menggantikan posisi alm bapak membayar listrik, telp dll. Alhasil jika disuruh membeli buku, aku memilih untuk fotocopy.
Gak pernah bermaksud membajak buku hasil karya orang lain. Ini semua dilakukan karena harga buku pelajaran yang sangat mahal. Berdasarkan pengalamanku itu, aku menyarankan pada si sulung agar meminjam buku paket temannya untuk difotocopy. Untuk meminimalkan pengeluaran dan agar tetap bisa mengikuti pelajaran di sekolah.
Kapan ya buku sekolah bisa murah? Perasaan kok murahan buku bacaan (novel, cerpen, komik) ya?
Gambar dari google
Boina con ochos al crochet
9 years ago
0 comments:
Post a Comment