Salim A Fillah - Buku Bahagianya Merayakan Cinta
Barakah itu membawakan senyum meski air mata menitik-nitik. Barakah itu menyergapkan rindu di tengah kejengkelan. Barakah itu menyediakan rengkuhan dan belaian lembut di saat dada kita sesak oleh masalah.
Barakah, dalam bahasa Aa Gym: "Kepekaan untuk bersikap benar menghadapi masalah."
Menurut Ibnul Qayyim: "Dekatnya kita pada Rabb, semakin akrabnya kita dengan Allah"
Menurut Umar bin Khaththab: "Dua kendaraan yang ia tak peduli harus menunggang yang mana: shabr dan syukr."
Barakah adalah keajaiban. Keajaiban yang hanya terjadi pada orang beriman. Jadi, yang dicinta di sisi Allah tak selalu mereka yang senantiasa tertawa dan gembira, tersenyum dan terbahak semata karena nikmat, kemudahan hidup, kekayaan & kelimpahan. Sebagaimana bukan berarti yang dibenci Allah jika senantiasa merasakan kesempitan, kelemahan, kekurangan & kefakiran.
Di dalam sebuah pernikahan, barakah menjawab, barakah menjelaskan, menenangkan, dan menyemangati. Bahwa apapun kondisinya, kemuliaan di sisi Allah bisa diraih. Apapun keadaannya, pernikahan adalah keindahan dan keagungan, kenikmatan dan kemuliaan, kehangatan & ketinggian. Jika dan hanya jika kita senantiasa membawanya kepada makna barakah.
Barakah mengubah kalimat "Ini salahmu!" menjadi "Maafkanlah aku, Cinta." Ia mengganti diksi "Kok bisa-bisanya sih kamu?" menjadi "Aku mengerti sayang, sabar ya." Barakah juga melafazkan "Kamu kemana aja sih?" agar terdengar, "Aku disini, menantimu dalam rindu yang menyesak." Dan ia membahasakan "Aku tuh sebenarnya ingin kamu ...." agar berbunyi "Cinta, makasih ya, kau membuatku....."
Masya Allah betapa indahnya, bahasa barakah. Logatnya logat cinta. Sesudah menikah, semoga barakah hidup kita semakin bertambah. Barakah mengasah rasa, menerpa jiwa, memberikan sebuah dunia yang kadang tak tertembus penglihatan manusia biasa.
Suatu hari di Minggu pagi, sepasang pengantin baru pergi ke kolam renang untuk jadwal rutin setiap Minggu pagi. Sang suami (sebut saja abang) baru saja dinyatakan sembuh dari sakit, dan atas saran dokter diminta untuk olah raga. Isterinya (sebut saja Cinta) menyarankan agar suaminya rutin berenang setiap minggu. Pagi itu mereka bergegas ke kolam renang umum tak jauh dari tempat tinggal mereka. Cinta asyik duduk di salah satu tepi kolam renang sambil menunggu suaminya asyik menceburkan diri dalam kolam.
Sebenarnya sudah beberapa menit sebelum suaminya selesai melakukan aktivitas pagi itu, Cinta sudah merasakan pening di kepalanya. Usai berganti pakaian, suaminya menghampiri Cinta. "Bang, kepala Cinta mendadak pening. Belanjanya nanti aja ya." ujar Cinta pada suaminya. Usai berenang, mereka berencana belanja sayur mayur untuk kebutuhan satu minggu ke depan. "Ya udah, kita pulang aja yuk." ajak suaminya. Mereka bergegas meninggalkan area kolam renang dan langsung menuju rumah.
Setibanya di rumah, "bang, mau rebahan bentar ya. Kepala Cinta pusing banget, perut kiri bawah juga nggak enak." ujarnya meminta ijin pada suami. Tak enak sebenarnya sama ibu mertua pagi-pagi udah rebahan, karena Cinta tinggal bersama ibu mertuanya. Kala itu masih pukul. 08.30. "Ya udah, rebahan aja." jawab suaminya dengan penuh sayang. Tak lama kemudian, Cinta muntah2 hebat hingga berkali-kali. Cinta bolak balik kamar tidur - kamar mandi karena muntah-muntah hebat. "Udah muntahnya di kamar aja, jangan bolak balik ke kamar mandi, ntar jatuh." pinta suaminya penuh kecemasan
Cinta menggelengkan kepalanya, "enggak bang." Keringat sebesar biji jagung, membuat baju Cinta lepek. Cinta menggigil kedinginan. Suami dan ibu mertuanya panik, cemas & khawatir akan kondisi Cinta. Suaminya hampir saja menghubungi salah satu kakak kandung Cinta, maklumlah baru 2 bulan ia ditinggal pergi ibunya, menjadi anak yatim piatu. Cinta terbaring lemas tak berdaya, diatas tempat tidur dengan selimut menutupi tubuhnya. Padahal hari itu mentari terik, tapi Cinta merasa kedinginan sampai menggigil.
Ibu mertuanya memanggil seorang tukang urut langgananya. Ketika diurut pun, Cinta masih muntah-muntah hebat. Ibu mertua dan suaminya panik, sampai-sampai mengambilkan sebuah ember besar (bak) untuk Cinta membuang muntahnya agar tidak perlu berlari ke kamar mandi. Usai diurut, badan Cinta sedikit membaik. Tapi pening di kepala dan rasa tak enak di perutnya belum juga pergi. Suaminya merayu Cinta untuk pergi ke dokter. Dengan penuh sayang, ia belikan isteri tercintanya bubur ayam, karena belum sempat sarapan pagi tadi.
"Ke dokter ya, biar cepet sehat. Jangan sakit donk, kalo Cinta sakit trus siapa yang ngurusin abang? Sehat donk." ucap suaminya sambil mengusap-usap lembut kening Cinta. Cinta menggelengkan kepalanya, "nggak usah bang. Maaf ya bang, Cinta ngerepotin mama sama abang terus." jawab Cinta dengan wajah pucat dan badan yang dingin. "Yuk ke dokter yuk, biar cepet sehat." Suaminya menyebutkan beberapa RS yang dekat dari tempat tinggalnya. Sambil merayu istri tersayangnya agar mau diajak ke dokter. Akhirnya Cinta menyerah, tak tega melihat kecemasan di wajah suami tersayang.
Suaminya bergegas pergi mencari taxi, sementara ibu mertuanya sudah bersiap-siap untuk ikut mengantar Cinta ke RS terdekat. Cinta masih terbaring lemas tak berdaya di tempat tidurnya. Tak lama kemudian, suaminya kembali. "Ma, nggak ada taxi. Mama nggak usah ikut, biar kita berdua aja pergi naik motor ke RS." ucapnya pada bunda tersayang. Cinta dan suaminya segera bergegas ke RS terdekat.
Betapa sayangnya sang suami pada Cinta, ia tak ingin isterinya sakit berkepanjangan. Ia tak sanggup melihat isterinya terbaring lemas tak berdaya.
"Barakah adalah keajaiban. Keajaiban yang hanya terjadi pada orang-orang beriman. Barakah baginya dalam syukur dan sabar. Ia menapaki jalan-jalan Sulaiman, sekaligus juga menyusuri pematang-pematang Ayyub, As.
0 comments:
Post a Comment