Hari ini (Sabtu, 310813), merupakan pengalaman baru bagi saya karena mendapat amanah untuk menjadi saksi Pilkada wilayah Larangan Selatan - Tangerang.
Ada 7 orang panitia KPPS + 4 orang saksi dari masing-masing kandidat, hanya kandidat dari No. 4 yang tidak hadir saksinya. Sekitar pk. 07.00, panitia & saksi mengambil sumpah yang dipimpin oleh Ketua RW setempat. Hanya saya saksi yang bukan penduduk sekitar dan ber-KTP Jakarta, jadi banyak pertanyaan yang datang pada saya.
Karena kepolosan dan kejujuran saya, saya jawab semua pertanyaan yang datang. Saksi dari kandidat No. 5 yang meributkan status saya, KTP Jakarta kok bisa bersaksi untuk wilayah Tangerang? Saya bilang, saya punya surat tugas untuk bersaksi disini. Semua panitia disitu tidak ada yang mempermasalahkan status KTP saya, jadi saya tetap PeDe bertugas jadi saksi disana.
Sekitar pk. 10.00 ketika TPS sepi pemilih, saya ijin pada salah seorang panitia untuk sholat dhuha di Masjid yang lokasinya persis di depan lokasi TPS. Usai sholat dhuha, saya langsung bergegas kembali ke tempat tugas.
Setelah Adzan dzuhur berkumandang, kami semua diminta untuk Isoma. Sekitar pk. 12.30, acara dilanjutkan kembali. Tepat pk. 13.00 perhitungan suara dimulai, karena sudah tidak ada lagi pemilih yang datang.
Ketika perhitungan sedang berjalan, ada salah satu saksi yang disamperi oleh koordinatornya dan terdengan pembicaraan mereka "semalam dijanjiin 300rb apa 200 rb?" Hmmmmm apa tuh? Pikirku jauh ke arah money politik.
Saya dengan khitmad mengikuti proses dari awal hingga akhir, karena saya tidak mau mengecewakan sahabat yang minta tolong pada saya untuk jadi saksi hari ini. Perhitungan suara pun selesai, tapi saya masih harus menunggu berita acara & berkas-berkas yang harus dikembalikan pada koordinator saksi.
Ketika saya sedang menunggu berkas-berkas tersebut, ada seorang bapak berusia sekitar 50 tahun, berpakaian seperti Jawara Betawi ala "Pitung", menghampiri saya.
Bpk Jawara: "Mbak saksi dari sekian ya?"
Saya: "Benar Pak, ada apa ya?" there's something wrong with him
Bpk Jawara: "Mbak, nyatet semua hasil perhitungan ya?" sambil menunjukkan selembar kertas yang isinya perhitungan hasil suara dengan format angka romawi (||||)
Saya: Iya pak, kenapa pak?"
Bpk Jawara: "Boleh saya pinjam catatannya untuk difotocopy."
Saya: "Loh bapak kan udah itu catatannya, lagi pula catatan saya hanya total hasil suara tidak seperti format yang bapak punya." sambil menunjuk selembar kertas yang dipegangnya
Bpk Jawara: "Saya pinjam dulu, nanti saya kembalikan."
Saya: hadeh ini orang maunya apa sih? mulai esmosi "kalo bapak mau, saya salin lagi catatan hasil suara yang punya saya. Maaf bapak dari mana?"
Bpk Jawara: "Saya saksi luar."
Setelah tak berhasil memaksa saya untuk memberika catatan yang saya punya, bapak tersebut berbisik-bisik dengan seorang pria berusia sekitar 40 tahun.
"Bukan itu kali pak yang diminta, surat tugasnya dia."
Bapak jawara itu menelpon seseorang, setelah itu "mbk nggak jadi."
"Ya bagus deh," pikir saya
Ketika kejadian itu berlangsung, tak ada 1 orang pun yang memperdulikan kejadian yang menimpa saya tersebut. Pikir saya sebagai seorang yang awam "Kenapa hanya saya yang disamperin jawara?" Aneh!
Setelah saya mendapatkan semua berkas-berkas, saya bergegas menuju Kantor Kelurahan sesuai arahan untuk menemui koordinator saksi untuk menyerahkan berkas-berkas tersebut. Setelah bertemu dengan koordinator saksi, saya ceritakan semua kejadian yang menimpa saya hari ini. Ternyata dari hasil sharing teman-teman 1 tim, beberapa juga mengalami hal serupa dengan kejadian yang menimpa saya. What's wrong?
Senangnya dapat pengalaman berharga yang sangat menggetarrrrkan hari ini. Dapat kosa kata baru, "serangan fajar." Pfiuuuuuhhhh, bahaya ya kalo negeri ini dipimpin dan pendukungnya berlaga ala Jawara. Semoga pemimpin yang terpilih bisa membawa ke kehidupan yang lebih sejahtera, nyaman, aman damai dan sentosa. Aamiin
Boina con ochos al crochet
9 years ago
0 comments:
Post a Comment