Pemain :
Emir Mahira
Aldo Tansani
Marsha Aruan
Ikranagara
Maudy Koesnaedi
Ary Sihasale
Ramzi
Sutradara :
Ifa Isfansyah
Penulis :
Salman Aristo
Setelah selesai baca bukunya [http://nice-green.blogspot.com/2009_05_01_archive.html#2393704983739060846] yang beredar jauh-jauh hari sebelum film ini ditayangkan di bioskop, aku langsung meminta ponakan nomor 2 untuk membaca bukunya. Lalu kubilang padanya, "nanti kita nonton film-nya di bioskop." "Bener tante, kita nonton?" "Iya, kita nonton berdua!" Gurat bahagia terlukis di wajahnya.
Senin malam, aku dan Alfi meluncur ke 21 di Blok M Plasa. Aku dah beli tiket untuk nonton pemutaran film Garuda Di Dadaku yang jam 19.30. Sampai 21, lumayan banyak anak-anak kecil, mulai dari umur 5 tahun s/d seumuran Alfi (11 th).
Sebelum nonton, aku bilang ke Alfi: "kak, nanti ceritain ke tante ya gimana filmnya." "Loh, emang tante gak ikut nonton?" "Bukan gitu, tante mau tau tanggapan kakak, tentang film ini." Btw, ini pertama kalinya Alfi nonton di bioskop.
Film yang memberikan inspirasi dan semangat untuk menggapai cita-cita. Orang yang penuh dengan prestasi pasti akan banyak yang menyayangi. Seperti Bayu yang mempunyai bakat turunan menjadi pemain sepak bola handal. Ia mendapatkan banyak cinta dan dukungan tuk menggapai cita-citanya masuk TIMNAS usia 13 tahun.
Bayu, Heri dan Bang Dulloh ternyata mengalami kesulitan mencari lapangan untuk latihan bola. Dan dengan sangat terpaksa memakai tanah pemakaman di salah satu daerah tak jauh dari rumahnya Bayu. Disana mereka berkenalan dengan Zahra, anak dari penjaga tanah makam tersebut. Awalnya Heri menganggap Zahra aneh, tapi lama kelamaan anggapannya berubah, "Zahra itu unik tau!"
Tingkah bang Dulloh yang selalu mengeluarkan celetukan-celetukan yang menyegarkan, membuat film ini semakin hidup.
Untung sebelum nonton filmnya dah baca bukunya, jadi bisa lebih mengerti film ini.
Tapi sayangnya, aksi Bayu di lapangan bola kurang banyak. Karena sebenarnya aku penasaran dengan aksi sang Garuda itu ketika mencengkeram bola untuk mencetak kemenangan. Dan aksi permainannya yang mampu membuat jantung kakeknya hampir copot, hingga kakeknya pingsan persis di belakang gawang ketika Bayu mencetak gol untuk ujian seleksi TIMNAS U-13.
Jika ingin menjadi pemenang, jadilah pemenang yang jujur. Dan jangan pernah menyerah untuk dapat menggapai cita-cita walau setinggi bintang di langit.
Emir Mahira
Aldo Tansani
Marsha Aruan
Ikranagara
Maudy Koesnaedi
Ary Sihasale
Ramzi
Sutradara :
Ifa Isfansyah
Penulis :
Salman Aristo
Setelah selesai baca bukunya [http://nice-green.blogspot.com/2009_05_01_archive.html#2393704983739060846] yang beredar jauh-jauh hari sebelum film ini ditayangkan di bioskop, aku langsung meminta ponakan nomor 2 untuk membaca bukunya. Lalu kubilang padanya, "nanti kita nonton film-nya di bioskop." "Bener tante, kita nonton?" "Iya, kita nonton berdua!" Gurat bahagia terlukis di wajahnya.
Senin malam, aku dan Alfi meluncur ke 21 di Blok M Plasa. Aku dah beli tiket untuk nonton pemutaran film Garuda Di Dadaku yang jam 19.30. Sampai 21, lumayan banyak anak-anak kecil, mulai dari umur 5 tahun s/d seumuran Alfi (11 th).
Sebelum nonton, aku bilang ke Alfi: "kak, nanti ceritain ke tante ya gimana filmnya." "Loh, emang tante gak ikut nonton?" "Bukan gitu, tante mau tau tanggapan kakak, tentang film ini." Btw, ini pertama kalinya Alfi nonton di bioskop.
Film yang memberikan inspirasi dan semangat untuk menggapai cita-cita. Orang yang penuh dengan prestasi pasti akan banyak yang menyayangi. Seperti Bayu yang mempunyai bakat turunan menjadi pemain sepak bola handal. Ia mendapatkan banyak cinta dan dukungan tuk menggapai cita-citanya masuk TIMNAS usia 13 tahun.
Bayu, Heri dan Bang Dulloh ternyata mengalami kesulitan mencari lapangan untuk latihan bola. Dan dengan sangat terpaksa memakai tanah pemakaman di salah satu daerah tak jauh dari rumahnya Bayu. Disana mereka berkenalan dengan Zahra, anak dari penjaga tanah makam tersebut. Awalnya Heri menganggap Zahra aneh, tapi lama kelamaan anggapannya berubah, "Zahra itu unik tau!"
Tingkah bang Dulloh yang selalu mengeluarkan celetukan-celetukan yang menyegarkan, membuat film ini semakin hidup.
Untung sebelum nonton filmnya dah baca bukunya, jadi bisa lebih mengerti film ini.
Tapi sayangnya, aksi Bayu di lapangan bola kurang banyak. Karena sebenarnya aku penasaran dengan aksi sang Garuda itu ketika mencengkeram bola untuk mencetak kemenangan. Dan aksi permainannya yang mampu membuat jantung kakeknya hampir copot, hingga kakeknya pingsan persis di belakang gawang ketika Bayu mencetak gol untuk ujian seleksi TIMNAS U-13.
Jika ingin menjadi pemenang, jadilah pemenang yang jujur. Dan jangan pernah menyerah untuk dapat menggapai cita-cita walau setinggi bintang di langit.
0 comments:
Post a Comment