Wednesday, October 08, 2003

Merajut Cinta

Entahlah... Entah dimana cinta itu bersembunyi. Bagai sebuah keluarga, namun sapaan tak pernah menyentuh hati. Lalu egois, tinggi hati, merambat perlahan meracuni. Menyatu dalam perbedaan memang tak mudah, merajut cinta dalam sebuah jama'ah kadang melelahkan jiwa. Letih, dan putus asa kadang menerpa, membuyarkan semua impian-impian indah. Padahal sungguh dahsyat, bahkan teramat dahsyat potensi yang dimiliki setiap jiwa, namun pupus saat disatukan. Orang-orang hebat, sholeh dan pintar yang mestinya menyatu dalam rajutan cinta, hanyalah seperti benang-benang kusut saat dirajut, tak ada keindahan saat mata menatap.

Berbeda... Bukankah itu hal yang biasa? Keragaman dalam sebuah jama'ah semestinya menjadi sumber kreativitas, dengannya kita bangun samudera kebaikan. Layaknya pun sebuah bangunan, pastilah tersusun dari bahan olahan yang berbeda-beda, dan itu adalah kekuatan. Puncaknya adalah sebuah gerakan yang rapi, solid dan militan dalam sebuah jama'ah hingga mampu merubah kondisi jahiliyah menjadi penuh dengan rahmatnya Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kunci dari semua itu adalah rajutan cinta pada setiap hati kita, dengannya jiwa-jiwa akan selalu bersama mewujudkan ukhuwah Islamiyah. Karena rajutan cinta pulalah, akan lahir manusia-manusia yang siap mengusung panji-panji dakwah dari berbagai latar belakang yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat rabbaniyah, penuh dengan curahan ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Rabbani yang bukan saja sebagai ghoyah (tujuan), namun juga meliputi wijhah (arah), masdar (sumber) serta manhaj (sistem).

Memang, merajut cinta dari setiap jiwa sungguh tak mudah. Namun, selama helaan nafas masih diamanahkan-Nya, bisakah seseorang mengingkari hati akan sebuah fitrah manusia?

0 comments: