Friday, November 07, 2008

Kok Gitu Sich?

Pemimpin yang baik, adalah pemimpin yang mampu memimpin siapa saja yang menjadi bawahannya. Bukannya bertindak sewenang-wenang memilih orang yang bisa atau mau dia pimpin. Seharusnya pemimpin itu meneladani sikap Rasulullah SAW,yaitu:

1. Memberikan Hikmah: kata-kata yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil.
2. Memberikan nasihat yang baik
3. Menolak bantahan dari orang-orang yang menentangkan dengan memberikan argumentasi yang jauh lebih baik, sehingga mereka yang menentang dakwah beliau tidak dapat berkutik.
4. Memperlakukan musuh-musuh beliau seperti memperlakukan sahabat karib.

"Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (An Nahlu: 125)

Bukannya malah bersembunyi di balik jabatannya. Lepas koordinasi, dan memerintah seenak udelnya. Yang semakin membuat orang-orang yang dipimpinnya menjadi tidak respect terhadapnya.

Seharusnya bersyukur menjadi pimpinan dari anak buah yang mampu menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Walau tak ada koordinasi dan seperti anak ayam yang kehilangan induk. Sementara anak buahnya kelimpungan karna tak ada koordinasi.

Siapapun pasti tidak akan terima dengan sikap sewenang-wenang yang meminta seseorang melakukan tugas di saat hari libur tanpa ada koordinasi sebelumnya. (hidup gak cuma untuk kerja mulu kale) Dihubungi berkali-kali dan diminta segera untuk siap bertugas dalam waktu secepatnya. (ini Jakarta bung, mana mungkin bisa menempuh perjalanan dalam waktu 10 menit) Tapi kenapa harus pimpinan diatasnya yang memberikan koordinasi? Tak punya nyali-kah untuk memberikan koordinasi secara langsung?

"Dan tiadalah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia".(Fushshilat: 34)

Lalu dengan alasan yang tidak masuk akal meminta anak buahnya untuk mengundurkan diri karna dia sudah memiliki kandidat. Membawa-bawa masalah anak sebagai alasan berarti sudah masuk ke persoalan intern keluarga orang lain. WOW... ini kah pemimpin yang baik?

Semua wanita terutama para ibu pasti akan memilih untuk tinggal bersama dengan buah hatinya. Bermain dengan buah hati tercinta, melihat perkembangan dari buah hatinya. Bukan malah terbelenggu dengan pekerjaan di kantor yang membuat mereka dengan terpaksa meninggalkan buah hatinya di rumah. Tapi siapa yang bisa menjamin kehidupan mereka? Sempit sekali pikiran pemimpin yang menganggap bahwa wanita tidak pantas bekerja karna banyak pria yang lebih pantas bekerja disebabkan mereka yang bakal menanggung beban keluarga. Hei bung, jaman sekarang lebih banyak wanita yang menaggung beban keluarga. Coba buka mata dan hati lebar-lebar.

Sempatkah kaum pria membayangkan bagaimana perasaan para wanita yang bekerja khususnya para ibu ketika harus meninggalkan buah hatinya di rumah? Cobalah tanyakan pada saudara perempuanmu. Semoga bisa membuka pintu hati yang tertutup. Dan melembutkan hati yang mengeras.

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". (Ali Imran: 159)

0 comments: