Wednesday, April 19, 2006

15 Tahun Yang Lalu

Aku terbujur tak berdaya dan melakukan segalanya di tempat tidur dengan bantuan ibu seorang. Karna keluarga yang lainnya tak sanggup melihat kondisiku saat itu. Hanya karna jatuh terpeleset dengan posisi siku tangan kanan terbentur pada peluran jalan demi menyelamatkan sebuah mangkok bakso, aku harus menanggung resiko engsel tangan kananku bergeser. Setelah kejadian itu, aku sama sekali tidak merasakan sakit ataupun luka. Untuk itu aku tak memberitahukan hal itu pada orang tua dan keluarga.

Tiga bulan setelah kejadian, lengan kananku rasanya pegel dan linu sekali sehabis menulis. Tiba² lengan tangan ini membengkak sebesar betis. Yang membuat aku tak sanggup untuk bangun dari tempat tidur. Sudah hilang semangat hidupku saat itu, hingga aku berkata pada ibu bahwa umurku tak lama lagi. Kontan saja hal itu membuat ibu sedih dan menangis. Hari² kujalani di atas tempat tidur. Otomatis aku bolos sekolah selama satu catur wulan. Aku juga sempat bilang ke ibu, untuk berhenti sekolah. Tapi Allah berkehendak lain, Dia mengirim wali kelasku Pak Mario untuk memberi semangat agar aku tetap melanjutkan sekolah.

Suatu pagi Allah memberikan mukjizatnya pada keluargaku, aku bisa bangun dari tempat tidur tanpa bantuan orang lain. Hal itu membuat hati keluargaku bahagia tiada terkira. Aku melihat kebahagiaan di wajah orang² tersayang (ibu, almarhum bapak, kakak² ku dan seluruh keluarga besar). Subhanallah, aku pun senangnya bukan main. Tiba² saat aku sedang menikmati kebahagiaan hari itu, suatu cairan keluar dari siku lengan kananku yg membasahi perban yg membalut lenganku. Cairan itu berwarna coklat tua, saat itu juga ibu membawaku ke RS. Almarhum Bapak yg saat itu masih gagah, tak sanggup melihat kondisiku dia shock dan jatuh pingsan saat taxi membawa aku dan ibu ke RS.

Sesampainya di RS cairan yg terus mengalir dari siku lengan kananku ditadahi dg mangkuk oleh petugas RS, kata mereka itu sum sum tulangku. Setelah itu aku dimasukkan ke ruang perawatan anak dengan jaminan ASTEK dari kantor almarhum bapak. Di RS aku mendapatkan pelecehan dari para petugas Rontgen yg semuanya pria dan kemungkinan bukan dokter tapi mahasiswa yg baru praktek. Sedih rasanya saat itu, karna tidak ada satupun keluarga yg boleh menunggu & menemani. Saat salah seorang adik almarhum bapak datang dan ingin masuk ke ruang rontgen, malah diusir sama para petugas di ruang rontgen itu. Di RS dokter memvonisku kena flek di paru² dan tidak ada yg memeriksa lengan kananku.

Kurang lebih 3 minggu aku mondok di RS, sampai hari terakhir disana Dokter tak berkata apa² tentang lengan kananku. Sejak saat itu aku tak mau berurusan lagi dengan Dokter untuk masalah lengan kananku. Sepulang dari RS kondisi lengan kananku hanya bisa lurus saja.

Almarhum bapak mengajakku berobat ke alternatif di daerah klender, disana kondisi lengan kananku yg lurus dipaksa utk bisa bergerak (ditekuk) oleh yang mengobati. Aku menangis dan berteriak sekenceng² nya yang membuat ibu & almarhum bapak gak kuat melihat aku disiksa seperti itu. Akhirnya selama kurang lebih 2 minggu aku mondok di klender, almarhum bapak membawaku pulang dengan kondisi siku lengan kanan membentuk posisi 110 derajat (menekuk). Dengan kondisi spt itu aku bisa melaksanakan sholat tdk dg tagan yg hanya bisa lurus saja sebelumnya. Almarhum bapak membawaku dari satu pengobatan alternatif ke pengobatan alternatif lainnya mengingat kondisi ekonomi keluarga kami yg sangat pas² -an sehingga tidak memungkinkan aku utk berhadapan dg dokter ahli tulang.

Saat kondisi lengan kananku hanya bisa lurus saja, aku memaksakan diri utk sekolah. Saat pertama masuk sekolah, sempat minder dan gak berani menatap wajah teman² . Padahal mereka ikut membesukku bersama ibu kepala sekolah saat aku dirawat di RS. Alhamdulillah tidak ada satupun dari teman² yg mengejek kondisiku saat itu. Dengan kondisi seperti itu, aku mendapat dispensasi dari guru olah raga. Beliau tidak mewajibkanku utk mengikuti semua olah raga, walau aku tidak olah raga tapi aku harus tetap memakai baju olah raga dan ikut bergabung bersama teman² di lapangan olah raga. Pak Subeh nama guru olah ragaku, orangnya baik dan bijaksana. Waktu SD nilai olah ragaku di raport dapat angka 6, aku tidak sedih karna aku sadar itu adalah nilai terbaik yg kuperoleh mengingat aku tdk aktif dalam pelajaran olah raga.

(bersambung........)

0 comments: